Struktur Pengurus
- Pengurus Besar (tingkat Pusat).
- Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.
- Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
- Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis Wakil Cabang.
- Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
- Mustasyar (Penasihat)
- Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
- Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Sedangkan untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
- Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
- Tanfidziyah (Pelaksana harian)
- Keanggotaan berbasis di ranting dan di cabang untuk cabang istimewa.
A’wan: Bagian dari syuriah yang
bertugas membantu tugas rais, yang terdiri atas sejumlah ulama terpandang.
A’wan adalah bentuk jamak dari ‘awn yang secara bahasa berarti bantuan.
Hadhratusy Syaikh: Sebutan kepada
seorang ulama sebagai pengakuan atas keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaqnya, dan
keistiqamahannya dalam berdakwah. Istilah Hadhratusy Syaikh di NU merujuk
kepada K.H Mohammad Hasyim Asy’ari, pendiri NU.
Jam’iyyah: Perkumpulan yang
memiliki ikatan dan aturan baku (organisasi). Berbeda dari jama’ah yang
merupakan perkumpulan yang bersifat lepas dan cair. Keduanya berakar dari kata
jama’a (berkumpul). Selain Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah induk, ada
beberapa badan otonom NU yang juga memakai nama jam’iyyah, sepertiJam’iyyah
Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdhiyyah ( JATMAN) yang menaungi para
pengikut thariqat yang mu’tabar; dan Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh(JQH) yang
mengurus pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan pengembangan tradisi penghafalan
dan seni membaca Al-Qur’an.
Katib: Penulis atau juru catat,
berasal dari kata ‘kataba’ (menulis). Dalam NU, istilah katib hanya
diperuntukkan bagi sekretaris syuriah. Sementara itu, dalam tanfidziah
digunakan istilah sekretaris.
Ada beberapa lajnah dalam NU, yaitu:
Selain lajnah, ada juga lembaga, seperti Lakpesdam, LP
Ma’arif dan Lesbumi, dan badan otonom, seperti Ansor, Fatayat, Muslimat, IPNU,
dan IPPNU, yang secara struktural lebih mandiri.
(Al-)Muhafazhah ‘alal qadimish shalih wal akhdzu bil
jadidil ashlah: Prinsip dasar ulama NU yang bermakna, “Berpegang
teguh pada pendapat terdahulu yang baik, seraya mengambil pendapat yang baru
yang jauh lebih baik”. Dengan dasar kaidah itu, NU mempertahankan tradisi
salafiyyahnya, namun tidak alergi terhadap pendapat dan interpretasi keagamaan
modern yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits, dan ijma’ ulama salaf.
Mustasyar: Dewan penasihat
syuriah yang terdiri atas ulama sepuh NU, seperti K.H M. Zen Syukri, K.H Idris
Marzuki Lirboyo, dan Tuan Guru Badruddin Turmudzi. Mustasyar berasal dari kata
‘istasyara’ yang berarti meminta petunjuk.
Qanun Asasi: Garis-garis dasar ideologi
NU yang disusun oleh Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ ari. Intinya, jam’iyyah NU
berpegang kepada madzhab Asy’ariyah (pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail
Al-Asy’ari) dan Maturidiyyah (pengikut Abu Manshur Muhammad bin Muhammad
Al-Maturidi) dalam beraqidah; pendapat ulama madzhab Maliki, Hanafi, Syafi’i,
dan Hanbali dalam berfiqih; dan pendapat Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam
Al-Ghazali dalam bertasawuf.
Rabithah Al-Ma’ahid Al-Islamiyyah (RMI): Perkumpulan
pesantren NU adalah salah satu badan pelaksana kebijakan NU dalam bidang
kepesantrenan. Rabithah berasal dari kata ‘rabatha’ yang berarti mengikat,
sedangkan Ma’ahid adalah jamak dari kata‘ma’had’ yang bermakna pondok
pesantren.
Rais Akbar: Secara bahasa bermakna
pemimpin besar, jabatan tertinggi dalam struktur kepengurusan Syuriyyah NU saat
pertama kali didirikan. Jabatan ini hanya pernah diduduki oleh Hadhratusy
Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari. Sepeninggal Mbah Hasyim, istilah rais akbar diganti
dengan rais ‘am yang berarti ketua umum.
Syuriah: Berasal dari kata
‘syawara’ yang berarti bermusyawarah. Syuriah ialah badan musyawarah pengambil
keputusan tertinggi dalam NU, semacam dewan legislatif dalam negara. Syuriah
dipimpin oleh seorang rais ‘am.
Tanfidziah: Berasal
dari kata ‘naffadza’ yang berarti melaksanakan. Tanfidziah ialah badan
pelaksana harian syuriah. Pemimpin tertinggi Tanfidziyyah tidak menggunakan
istilah rais ‘am, melainkan ketua umum.