BLANTERVIO104

Strategi Dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia

Strategi Dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia
2023-07-20
gambar ilustrasi

ANSORGRATI: Penyebaran agama Islam di Indonesia pada masa permulaan itu benar-benar murni berdakwah. Aktivitas dakwah yang mereka lakukan semata-mata termotivasi oleh seruan agama dan panggilan Nurani bahwa setiap muslim adalah mubaligh bagi agamanya. Mereka tidak mendapatkan imbalan materi sehingga mereka berdakwah sambil berdagang untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Dalam melakukan kegiatan dakwah, mereka juga dibekali ilmu agama yang cukup matang disertai dengan metode dakwah yang variatif dan luwes. Ada beberapa strategi dan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dakwah, sambil memahami karakter dan budaya bangsa Indonesia. Berbagai cara dan pendekatan dilakukan untuk menarik simpati masyarakat agar mau masuk Islam dengan sukarela dan penuh kesadaran. Hal ini menunjukkan bahwa para mubaligh telah mengembangkan agama Islam dengan semangat perdamaian.

Dalam menyebarkan agama Islam, para mubaligh tidak enggan menggunakan produk-produk seni dan budaya lokal. Bentuk-bentuk seni dan budaya lokal itu dijadikan sebagai salah satu sarana dakwah agar masyarakat dapat memahami ajaran Islam melalui apa yang selama ini menjadi kegemarannya. Proses Islamisasi seperti itu ternyata sangat damai dan indah, sehingga tidak terjadi tindakan kekerasan atas nama agama atau pemaksaan terhadap agama.

Diantara produk seni dan budaya lokal yang digunakan sebagai media dakwah adalah Wayang Purwo yang sangat disukai oleh masyarakat Jawa pada masa itu. Inisiatif menggunakan wayang purwo sebagai media dakwah muncul dari Sunan Kalijaga. ide cerdas ini kemudian disepakati para Wali Songo, karena dimodifikasi baik bentuk maupun isi cerita (lakon)nya, agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. oleh Sunan Kalijaga, wayang Purwo tersebut dimodifikasi menjadi wayang kulit dengan isi cerita yang bernafaskan Islam. misalnya, dalam cerita Jimat Kalimosodo diungkapkan bahwa setiap orang yang memiliki Jimat Kalimosodo Niscaya akan selamat hidupnya di dunia maupun di akhirat. Jimat Kalimosodo merupakan ungkapan simbolis tentang dua kalimat syahadat. demikian juga dalam cerita Pendowo Limo diceritakan tentang perjuangan 5 orang bersaudara penegak kebenaran yang selalu tabah, sabar, dan tahan uji menghadapi segala bentuk penderitaan dan rintangan. Ternyata yang dimaksud dengan Pendowo Limo dalam cerita wayang gubahan Sunan Kalijogo itu sebagai ungkapan simbolis dari 5 rukun Islam.

Produk seni dan budaya lainnya yang digunakan sebagai sarana dakwah adalah gending. Para mubaligh menggubah gending-gending yang syair-syairnya bernuansa Islami, bermuatan pendidikan dan falsafah kehidupan, dan lain-lain. sebagai contoh, Sunan Giri menggubah Gending Asmarandana, Pucung, dan Lir-Ilir. Sunan Kudus mengubah Gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Muria menggubah Gending Sinom dan Kinanti. Sunan Drajat menggubah Gending Pangkur yang sebagian alat musiknya masih disimpan di Museum Sunan Drajat, Lamongan Jawa Timur.

Di samping seni dan budaya, Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan tradisi dan adat istiadat setempat. tradisi kenduri dan selamatan untuk orang-orang yang telah meninggal dunia tetap dilestarikan, karena tidak bertentangan secara diameter dengan syariat Islam. oleh para mubaligh kemudian diluruskan secara bertahap dan diwarnai dengan ajaran Islam, yakni diisi dengan kegiatan tahlilan. Adapun makanan yang disajikan dalam kenduri dianggap sebagai shodaqoh yang pahalanya dihadiahkan kepada keluarga yang meninggal.

Pilihan pendekatan dakwah dengan menggunakan tradisi, seni, dan budaya lokal sebagaimana diuraikan di atas semata-mata didasari keyakinan bahwa agama Islam itu satu, tidak lain adalaha karena diturunkan untuk semua bangsa, maka pengamalan ajaran islam itu dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat selama tidak bertentangan dengan akidah dan syari’ah. Islam itu sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Sehingga mesti bersikap luwes terhadap unsur-unsur budaya lokal yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak mereka dilahirkan. inilah yang menjadi salah satu ciri khas (karakteristik) Ahlussunnah Wal Jama’ah selalu berusaha agar bangsa Indonesia menjadi pemeluk Islam yang sejati, tetapi juga tidak kehilangan identitas dan jati diri ke-Indonesia-annya. tradisi, seni, budaya lokal, dan nilai-nilai luhur yang diperoleh dari para leluhurnya tidak disingkirkan begitu saja, tetapi dijadikan Pupuk untuk meneguhkan wawasan keislaman dan keindonesiaan. Para mubaligh bertekad memelihara nilai ulama yang baik dan mencari nilai baru yang lebih baik.

Strategi lain yang digunakan oleh para mubaligh di Indonesia adalah penyebaran Islam melalui pendekatan tasawuf. pendekatan dakwah model yang satu ini dilakukan oleh para ulama ahli tasawuf yang diperkirakan dimulai sejak abad 13 Masehi. penyebaran agama Islam melalui ajaran tasawuf itu lebih mudah diterima oleh bangsa Indonesia terutama bagi mereka yang sebelumnya telah memiliki dasar-dasar ajaran kebatinan, apalagi jika dilihat dari sifat dan watak para ahli tasawuf yang lebih kompromistis, telaten, ramah, dan penuh rasa kasih sayang. 

Dalam upaya mengajarkan agama Islam, strategi dakwah yang dilakukan oleh para mubaligh adalah kegiatan pendidikan. tidak diketahui secara pasti Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia pada masa permulaan beberapa literatur sejarah pendidikan Islam menginformasikan bahwa pendidikan Islam di Indonesia pada masa permulaan berlangsung sangat sederhana, yakni pengajaran agama diberikan dengan sistem halaqoh di tempat-tempat ibadah dan di rumah-rumah para mubaligh. materi pembelajaran dimulai dari hal-hal yang paling mudah, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan rukun Islam, cara ibadah yang benar, dan baca tulis Alquran. Model pembelajaran inilah yang secara berangsur-angsur telah membentuk masyarakat muslim Indonesia yang mampu memahami, menghayati, dan dan mengamalkan ajaran agamanya, sehingga Islam menjadi agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Diolah dari berbagai sumber

Share This Article :
Ansor Grati

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) pada 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

TAMBAHKAN KOMENTAR

7727397263311926612