BLANTERVIO104

Meneladani Pola Pikir dan Perilaku Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Berdakwah 

Meneladani Pola Pikir dan Perilaku Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Berdakwah 
2023-07-21

ANSORGRATI: Keberhasilan dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah di Indonesia tidak lain adalah bentuk strategi dan pendekatan dalam berdakwahnya. Dalam berdakwah, para ulama tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi dengan menggunakan banyak metode (multi Metode) dan pola pendekatan yang beragam sesuai dengan objek dakwah yang dihadapi. Penggunaan metode yang beragam ini sangat diperlukan, karena setiap usaha yang dilakukan oleh seseorang akan sulit memperoleh hasil yang maksimal tanpa menggunakan metode, teknik atau cara-cara yang tepat. Salah satu pelajaran yang diberikan oleh para ulama dalam kegiatan dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah, yakni berdakwah Bil Hikmah (dengan cara memberi keterangan yang tegas dan lugas), Mauidhoh Hasanah (pitutur yang baik), dan Jidal (bertukar pikiran atau berdiskusi) dengan cara yang terbaik. Selain itu, ada beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berdakwah, diantaranya:

1. Memulai pada diri sendiri, ini merupakan persoalan yang pokok atau mendasar, karena seseorang tidak mungkin dapat melakukan dakwah dengan baik kalau ia sendiri tidak memiliki modal yang dapat menunjang kegiatan dalam aktivitas dakwahnya. Modal yang dimaksud adalah berjiwa tauhid, memiliki iman yang kuat, bertaqwa kepada Allah, memiliki ilmu agama yang cukup dan menguasai metodologi dakwah.

2. Berakhlakul karimah, seperti: sikap menghargai waktu (disiplin), dapat dipercaya (amanah), bertanggung jawab, berorientasi pada prestasi bukan pada status, kaya dengan ide (kreatif), dinamis dan progresif (tidak statis), tidak reaksioner, berpihak pada kebenaran, kebaikan, dan keadilan, serta bentuk-bentuk perilaku kesalehan lainnya.

3. Menggunakan siasat dan cara-cara yang bijaksana. Para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berdakwah selalu memakai siasat yang bijaksana dalam menghadapi sasaran dakwah (objek dakwah), sehingga orang atau kelompok masyarakat yang semula memusuhinya berubah menjadi mengikutinya, yang semula lawan berubah menjadi kawan. dalam hal ini diperlukan rasa mawaddah (cinta) yang ikhlas terhadap objek dakwah yang biasanya diwujudkan dalam Sikap saling percaya, saling menghormati, peduli terhadap keadaan umat, menghindari segala bentuk kekerasan dan pemaksaan.

4. Komunikasi Kalbu. Para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berdakwah selalu menunjukkan sikap yang terpadu antara ucapan dan perbuatan. apa yang disampaikan adalah kebenaran ajaran Islam yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, ikhlas, jujur dan suci, sehingga terjadi kontak batin dengan objek dakwahnya. Dan apa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan pancaran dari hati yang suci, dan perwujudan dari ajaran dakwah yang disampaikan.

5. Bahasa dan tutur kata yang arif dan bijaksana. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling tepat dan bersifat langsung, terutama bahasa lisan. Supaya bahasa lisan itu dapat menjadi alat komunikasi yang efektif, tentunya harus menggunakan bahasa yang baik dalam menyampaikan ide, gagasan, pikiran, maupun nasihat.

Beberapa pelajaran dari para ulama yang sudah kita ketahui di atas baik pola pikir maupun perilaku dalam dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah itulah yang harus kita pahami dan diteladani. Agar ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah tetap eksis di negara Republik Indonesia sampai akhir zaman. Sudah barang tentu karena kondisi sosial dan kemanusiaan yang berbeda, maka dalam penerapannya akan mengalami perbedaan, baik sifat maupun bentuknya. Apabila pada zaman dahulu jumlah objek dakwah masih terbatas sehingga dapat dilakukan komunikasi langsung dengan lisan dan dilakukan secara sederhana, maka dewasa ini kondisi sosial telah berubah dan objek dakwah semakin terbuka, yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat dilakukan bukan hanya dengan berpidato di depan umum (bil lisan) tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Penulisan karya ilmiah ( dakwah bil kitabah) melalui media massa seperti brosur, surat kabar, buletin, majalah, maupun penulisan buku-buku tentang ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah

2. Pameran dan publikasi lukisan dengan cara memamerkan foto-foto, gambar-gambar, slide, karikatur, pahatan, mozaik, ukiran, dan maket yang melukiskan kebesaran dan keagungan nilai-nilai ajaran dan budaya Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. dakwah dengan cara ini dapat memberi kesan yang mendalam dan cepat memberikan pengertian yang menyeluruh pada gambaran situasi, skema persoalan, tujuan, dan cita-cita yang akan diperjuangkan.

3. Pementasan dan penayangan media audio visual seperti film, TV, video, wayang kulit, drama, musik, dan lain-lain. pada umumnya masyarakat lebih menyenangi dakwah dengan cara ini, Demikian pula kesan dan pengaruhnya akan lebih kuat.

4. Dakwah dengan perbuatan (bil haal) yang dapat dilakukan dengan kunjungan silaturahim, menjenguk jamaah yang sakit, melayat, mendirikan lembaga lembaga pendidikan, poliklinik, rumah sakit, panti asuhan, koperasi, baitul mal wal tamwil, membantu orang lemah (dhuafa), memberi bantuan kepada masyarakat yang tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Cara ini akan memperkuat ukhuwah dan mahabbah antar sesama muslim, dan juga akan melahirkan sikap-sikap positif dalam pergaulan antar sesama manusia (hablum minan nas) seperti sikap ta'awun (saling membantu), tarahum (saling menyayangi, tadlamun (saling mendukung), tanashuh (saling menasehati), dan lain-lain.

Oleh karena itu, dakwah yang dilakukan oleh pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah dewasa ini hendaknya lebih meningkatkan usaha-usaha sosial secara nyata dan tepat sasaran agar dapat mengatasi problema-problema sosial yang dihadapi oleh umat Islam, terutama di bidang pendidikan kesehatan dan kesejahteraan.

Diolah dari berbagai sumber

Share This Article :
Ansor Grati

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) pada 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

TAMBAHKAN KOMENTAR

7727397263311926612